Indeks saham di Asia, kecuali di Shanghai, naik akhir pekan lalu di dorong oleh pergerakan indeks saham di Wall Street kamis malam, stabilnya harga minyak mentah dunia dan ekspektasi atas data Non-Farm Payrolls AS yang di rilis Jumat malam.

Cengkeraman penurunan harga ternyata juga terlihat di Tiongkok. Laju inflasi tahunan bulan Desember Tiongkok sebesar 1.5%, terendah hampir dalam lima tahun, memberi sinyal bahwa ekonomi masih lesu namun memberi ruang bagi pemangku kebijakan untuk melonggarkan kebijakan untuk menopang pertumbuhan.

Sementara itu, harga di tingkat produsen atau grosir (Producer Price Index) anjlok 3.3% (YoY) di bulan Desember, lebih buruk dari penurunan 2.7% (YoY) yang tercatat ada bulan sebelumnya dan memperpanjang tren penurunan menjadi 34 bulan beruntun.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 4.8 poin (0.09%) ke level 5216.7 sementara indeks saham Blue Chip LQ-45 ditutup hampir tidak berubah, hanya naik 0.8 poin (0.05%) ke level 898.8. Secara mingguan, IHSG dan LQ-45 masing masing terpangkas 26.1 poin (-0.50%) dan 4.3 poin (-0.48%). Investor asing Jumat lalu untuk pertama kalinya tahun ini mencatatkan Net Buy sebesar IDR895.1 miliar, membawa total Net Buy asing minggu lalu menjadi IDR167 miliar.

Indeks saham di Eropa turun, mengakhiri minggu pertama perdagangan di 2015 pada zona merah dipicu meningkatnya kekhawatiran bahwa tekanan deflasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan setelah data Non-Farm Payroll AS memperlihatkan meskipun bulan lalu ekonomi menambah 252,000 pekerja dan Tingkat Pengangguran turun menjadi 5.6%, upah per jam justru turun 5 sen. 

Indeks saham di Wall Street ditutup melemah setelah data pasar tenaga kerja memperlihatkan penurunan upah per jam dan semakin banyak orang Amerika yang keluar dari Angkatan Kerja, tanda bahwa roda perekonomian AS mungkin akan sedikit melambat. 

Penurunan harga minyak dan 2 krisis penyanderaan di Perancis juga memperburuk sentimen pasar.

IHSG diprediksi akan bergerak mixed cenderung melemah pada perdagangan hari ini. Pasar Amerika dan Eropa ditutup melemah pada akhir perdagangan pekan lalu, akibat investor kembali khawatir dengan prospek ekonomi AS, setelah data jumlah tenaga kerja meningkat tetapi kenaikan upah tidak sesuai ekspektasi. Pasar Asia dibuka mixed pagi ini. Investor masih menunggu data trade balance China yang diprediksi akan menurun menjadi $48.9bn dari sebelumnya $54.5bn. Dari dalam negeri, BI rate diperkirakan masih akan tetap bertahan di 7,75% meskipun harga BBM kembali diturunkan. Pemerintah mengupayakan dana senilai Rp 48 triliun akan diserahkan ke BUMN infrastruktur tahun ini. Hal ini diprediksi akan menjadi katalis positif bagi saham-saham konstruksi dan infrastruktur dalam negeri.

Secara teknikal IHSG kembali terlihat konsolidasi dengan membentuk red candle dengan pola bearish counter attack pada hari ini pada posisi tingkat fluktuasi harga di area dekat upper bollinger bands. Indikator Stochastic masih bergerak konsolidasi menguat cukup terbatas dengan momentum RSI yang cenderung flat pada area dekat jenuh beli. Indikator MACD pun kembali tertahan dengan histogram yang bergerak melemah. Diprediksikan IHSG akan bergerak mixed cenderung tertekan hingga melemah dengan range 5185-5240. Saham-saham yang telah memasuki phase distribusi dengan potensi terkoreksi diantaranya BBRI, BSDE, MAPI, MNCN, SMRA, CTRA, SSMs, BJTM, ADHI. Saham-saham yang masih berpeluang besar rebound menguat diantaranya ASII, GJTL, INCO, INDY, ROTI, AISA, MPPA, ADRO.

0 comments:

Post a Comment

 
Terasbursa.com © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top