Mayoritas indeks saham di Asia naik, terkerek oleh data Penjualan Ritel AS yang memberi indikasi penurunan harga minyak metah dunia memberi manfaat bagi publik AS. Namun ruang kenaikan dibatasi oleh pelemahan data ekonomi Tiongkok.

Data Industrial Production bulan November Tiongkok tumbuh 7.2% (YoY), lebih kecil dari ekspektasi kenaikan 7.5% dan turun dari pertumbuhan 7.7% (YoY) di bulan Oktober.

Sementara itu, Penjualan Ritel tumbuh 11.7% (YoY) melebihi ekspektasi kenaikan 11.5%. Fixed Asset Investment untuk periode Januari-November meningkat 15.8%, sejalan dengan ekspektasi. Investasi Properti tumbuh 11.9% selama Januari-November, lebih lambat dari kenaikan 12.4% pada periode Januari-Oktober.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 7.7 poin (0.15%) ke level 5160.4 sementara indeks saham Blue Chip LQ-45 juga naik tipis 1.5 poin (0.17%) ke level 888. Secara mingguan, IHSG dan LQ-45 masing masing turun 27.6 poin (-53%) dan 5.8 poin (-0.64%). Investor asing Jumat lalu mencatatkan Net Buy IDR42.4 miliar, memperkecil total Net Sell asing minggu lalu menjadi IDR1,37 triliun.

Indeks saham di Eropa turun tajam seiring semakin turunnya harga komoditas dan saham saham yang berhubungan dengan minyak kembali terpukul oleh melemahnya harga minyak mentah dunia.

Harga kontrak berjangka minyak masih mengalami penurunan akhir pekan lalu, hingga ke level terendah dalam 5 tahun setelah International Energy Agency (IEA) memangkas proyeksi permintaan minyak di tahun 2015 sebanyak 230,000 barel per hari, menjadi hanya 90,000 barel per hari.

Indeks saham utama di Wall Street anjlok karena investor, terguncang oleh kekhawatiran atas kesehatan ekonomi global, melakukan aksi jual yang memicu penurunan lebih dari 100 poin. S&P 500 akhir pekan lalu menderita penurunan terbesar dalam dua setengah tahun sementara DJIA  mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak September 2011.

Penurunan minggu ini terjadi menyusul kenaikan selama 7 minggu beruntun yang dipicu oleh akselerasi penurunan harga minyak mentah dunia.

IHSG diprediksi akan bergerak mixed cenderung melemah pada perdagangan hari ini. Pasar Amerika dan Eropa ditutup turun, seiring harga minyak yang terus melemah dan data industri China meningkatkan kekhawatiran ekonomi global, kawasan Uni Eropa di ambang kontrakasi setelah produksi industrial pada oktober 2014 hanya tumbuh 0.1%, lebih rendah dari estimasi sebesar 0.2%. Namun, keyakinan konsumen AS meningkat menjadi 93.8 yang merupakan angka tertinggi sejak Januari 2007. Pasar Asia dibuka turun pagi ini, BOJ belum akan mengucurkan stimulus untuk menangkal risiko deflasi di negara tersebut. Dari dalam negeri, Rupiah diperkirakan akan kembali ke level ekuilibrium pada Rp 12.000 per dolar AS pada akhir semester I-2015, sejalan dengan menurunnya tekanan utang luar negeri yang jatuh tempo, repatriasi keuntungan korporasi asing, defisit neraca perdagangan, pelemahan harga minyak, dan isu kenaikan suku bunga the Fed.

Secara teknikal Secara teknikal IHSG kembali terkonsolidasi dan terlihat kembali dihari ketiga tidak mampu break out resistance MA7. Indikator Stochastic bergerak menguat namun peluang menguat sangat terbatas dikarenakan momentum RSI dan CCI yang masih berada pada area dekat jenuh beli. Indikator MACD terus mengindikasikan tekanan bearish dengan histogram yang terus tertekan hingga melemah pada area negatif. Diprediksikan IHSG masih akan bergerak mixed cenderung melemah dengan range 5120-5175.

0 comments:

Post a Comment

 
Terasbursa.com © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top