Mayoritas indeks saham di Asia turun karena investor bereaksi terhadap data ekonomi dari Jepang dan Tiongkok, dua ekonomi terbesar di Asia. Pelemahan harga sejumlah komoditas juga memberi tekanan pada indeks regional, terutama yang di dominasi oleh emiten berbasis sumber daya alam.

Di Jepang, ekspor tumbuh 9.6% (YOY), lebih tinggi dari ekspektasi pertumbuhan 4.5% dan menyusul kenaikan 6.9% (YOY) di bulan September. Impor, sementara itu, tumbuh 2.7% (YOY), lebih rendah dari ekspektasi kenaikan 3.4% dan setelah tumbuh 6.2% (YOY) di bulan September. Ini membawa defisit perdagangan menjadi 710 miliar Yen, lebih baik dari ekspektasi defisit 1.05 triliun Yen.

Perhitungan awal (flash) data HSBC Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) Tiongkok memperlihatkan output pabrikan kontraksi untuk pertama kali dalam 6 bulan terakhir. Manufacturing PMI Tiongkok berada di level 50 pada bulan November, turun dari level 50.4 di bulan Oktober.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas 34.4 poin (-0.67%) ke level 5093.6 sementara indeks saham Blue Chip LQ-45 kehilangan 6.1 poin (-0.69%) ke level 875.2. Investor asing menarik IDR432.4 miliar keluar dari pasar saham domestik.

Mayoritas indeks saham di Eropa turun, tertekan oleh data ekonomi zona Euro yang keluar mengecewakan. Perhitungan awal (flash) data Composite PMI zona Euro turun ke level 51.4, terendah dalam 16 bulan, dari level 52.1 di bulan Oktober.

Perhitungan awal (flash) data Manufacturing PMI bulan November Jerman turun ke level 50.0, terendah dalam 2 bulan sementara Manufacturing PMI Perancis turun ke level 47.6, terendah dalam 3 bulan. Kedua data PMI ini berada di bawah ekspektasi.

Indeks saham utama di Wall Street menguat tipis, cukup untuk mengantar DJIA dan S&P 500 kembali mencetak rekor penutupan tertinggi di tengah minimnya volume perdagangan.

Data Philly Fed Index bulan November berada di level 40.8, dua kali lipat dari ekspektasi 15.3 dan tertinggi sejak Desember 1993. Existing Home Sales bulan Oktober mencapai 5.26 juta dan Leading Indicators bulan Oktober naik 0.9%.

IHSG diprediksi akan kembali bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Pasar Eropa ditutup turun setelah data PMI menunjukkan angka yang dibawah estimasi dan menurunnya kinerja keuangan emiten pertambangan. Data HSBC Flash Manufacturing PMI China kemarin yang menunjukkan penurunan juga menyebabkan pasar Asia dilanda pesimisme. Namun, pasar Amerika berhasil ditutup naik kemarin setelah rilisnya beberapa data ekonomi AS menunjukkan adanya pemulihan meski dibayangi outlook negatif pertumbuhan ekonomi di luar negeri. Dari dalam negeri, Pertemuan tahunan Bank Indonesia kemarin masih menerapkan kebijakan moneter bias ketat sebagai langkah pre-emptive memitigasi dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Tahun depan BI masih mengutamakan stabilitas ekonomi daripada mengejar pertumbuhan. Untuk itu, BI akan memperkuat sinergi dengan pemerintah guna mempercepat reformasi struktural dan memperkuat sektor keuangan.

Secara teknikal IHSG Menutup gap up yang 2 hari lalu terbentuk dan kembali tutup dibawah level 5100. Pola yang terbentuk pada IHSG juga cukup negatif yaitu pola bearish garley harmonic dengan target pelemahan hingga 5000. Indikator Stochastic dead-cross dengan Momentum RSI dan CCI yang bergerak bearish dari area overbought. Diprediksikan IHSG akan bergerak cenderung tertahan hingga melemah dengan range 5050-5100.

0 comments:

Post a Comment

 
Terasbursa.com © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top