Indeks saham di Asia bergerak mixed dengan kecenderungan menguat setelah data Non-Farm Payrolls AS memberi ilustrasi pertumbuhan ekonomi yang solid.

Kenaikan indeks regional dipimpin oleh indeks Hang Seng di Hong Kong setelah regulator menentukan tanggal berlakunya perdagangan yang terhubung antara bursa efek Hong Kong dan Shanghai.

Data Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) China tumbuh 1.6% (YOY) bulan lalu, tetap di tingkat terendah dalam hampir 5 tahun dan meredakan kekhawatiran atas risiko deflasi. Namun tingkat grosir (wholesale) tetap terjebak dalam pusaran deflasi, dengan data Producer Price Index (PPI) turun 2.2% (YOY).

Akhir pekan lalu, data memperlihatkan ekspor China tumbuh 11.6% di bulan Oktober, melebihi estimasi namun masih lebih lambat dari lompatan 15.3% di bulan September. Impor bertambah 4.6%, lebih lambat dari kenaikan 7% di bulan September.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0.44% atau 22 poin ke level 4965.4 sementara indeks saham Blue Chip LQ-45 juga turun 0.44% atau 3.7 poin ke level 843.5. Investor asing mencatatkan Net Buy IDR176.9 miliar.

Rally di ujung sesi perdagangan, indeks saham di Eropa menguat mengikuti pergerakan indeks saham di Wall Street.

Data Industrial Production Italia turun 0.9% pada bulan September, lebih besar dari ekspektasi penurunan 0.2%. 

Bank Of Rusia memangkas pertumbuhan ekonomi Rusia menjadi hanya 0.3% tahun ini dari estimasi awal 0.4%. Isu geopolitik dan kondisi eksternal dipandang sebagai risiko yang serius bagi ekonomi Rusia.

Dipimpin oleh sektor kesehatan, indeks saham utama di Wall Street mencatatkan kenaikan yang moderat, cukup untuk kembali mengangkat DJIA dan S&P 500 ke level tertinggi terbaru, seiring dengan berakhirnya musim laporan keuangan Kuartal III.

Harga komoditas juga menjadi fokus utama, dengan anjloknya harga kontrak minyak dan emas pada hari Senin.

IHSG diprediksi akan bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Pasar Eropa dan Amerika ditutup naik kemarin. Optimisme investor kembali meningkat setelah berakhirnya musim pelaporan kinerja keuangan emiten yang mayoritas menunjukkan hasil yang diatas estimasi. Meskipun The Fed berencana menghentikan stimulus akhir tahun ini namun usaha Uni Eropa untuk mendorong kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi telah mengembalikan optimisme investor global. Dari dalam negeri, pertemuan Presiden Jokowi dengan beberapa kepala negara maju pada forum APEC diharapkan dapat membawa investor baru mulai tahun depan, terutama yang dapat menunjang pembangunan infrastruktur. Sementara itu, investor juga patut mencermati keputusan BI rate yang akan dirilis pada Kamis (13/11) mendatang dan diprediksi akan tetap di level 7,5% karena masih menunggu kebijakan BBM.

Sedangkan secara teknikal, IHSG kembali mengkonfirmasi pola double top dengan target pelemahan selanjutnya berada dikisaran level 4895. Indikator Stochastic telah sampai pada area oversold namun masih terlihat bearish dengan Momentum melemah dari indikator RSI dan CCI. Diprediksikan IHSG masih akan bergerak mixed cenderung tertekan hingga melemah dengan range pergerakan 4940-5000.


0 comments:

Post a Comment

 
Terasbursa.com © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top